Ketika aku terbawa suasana

Heningnya malam menyelimuti kehidupan di medan geliat keilmuan, tak terasa aku telah terbawa suasana cerita buatan manusia yang terbingkai sebuah layar dengan menyerupai skenario ilahi. Waktu berlalu besama berjalannya detik-detik pemutaran kebohongan, dimulai dari cerita menyedihkan hingga menyenangkan. Khayalanku mulai berjalan seakan akulah yang jadi pemeran, yang ingin sekali menggapai kesempurnaan seperti dalam lamunan sutradara.
Ketika cinta bertasbih membawaku dalam lamunan, kesempurnaan khairul azam nyaris melupakanku akan kenyataan yang sedang dihadapi, sadarkah bagaimana diriku hidup di negri kinanah ini. Kemewahan furqon nyaris menyapa hatiku untuk selalu menikmati kehidupan, semuanya masuk kedalam lamunan.

Kehidupan adalah kehidupan yang selalu menjadi misteri, lamunan hanyalah lamunan yang ada hanyalah merangsang emosi. Tubuh hanyalah bungkus, badan hanyalah bangkai yang berjalan dan melalui kehidupan sesuai dengan nafas yang dihembuskan dan darah yang disalurkan. Peranan manusia hanyalah sandiwara, berjalan dengan fikiran, usaha dan scenario ALLAH.

Berjalan hanya dalam peta kehidupan, mengikuti alur cerita tuhan, stimulus internal ataupun eksternal sebagai penopang, usaha dan do’a itulah pelengkap panggung sandiwara dunia. Derap langkah yang terus berjalan slalu mencoba mendobrak dinding-dinding kehidupan, entah baik ataupun buruk waktu terus berjalan, entah dengan scenario ataupun tidak kehidupan selalu mengalir.


Aku selalu mencoba untuk melangkah kemana kakiku berjalan, dengan bekal konsep otak , aku mencoba untuk menggapai takdir yang sudah dituliskan. Konsep yang selalu menemani itu adalah ketentuan, aturan yang sudah ditulis dalam lauhil mahfud, itu lah perjalanan.


0 Responses